21 Juli 2009

Fortuner D4D : Indahnya Mengejutkan

Lampung. Kata ini identik dengan provinsi paling selatan di Pulau Sumatra yang menjadi salah satu daerah transmigrasi terbesar di Indonesia. Atau sebuah provinsi dengan lahan perkebunan karet dan sawit sejauh mata memandang. Atau provinsi dengan tambak udang terbesar di dunia. Tapi, tak banyak pembicaraan yang bisa kita dengar tentang keindahan Lampung. Keindahan yang bisa membuat kita jatuh hati. Keindahan yang membuat kita terkejut, karena tidak disangka-sangka.

Inilah Lampung dengan slogan 'sang bhumi ruwa jurai' (artinya 'wilayah dengan dua keturunan') yang ternyata menyimpan banyak keindahan, eksotika, bahkan romantika. Kami menelusurinya dengan Toyota Fortuner D4D yang per-kasa, selama tiga hari. Sebuah waktu yang teramat singkat sebetulnya. Walhasil, hanya wilayah tengah, utara, dan timur Lampung yang dapat kami sambangi. Mungkin tahun depan kami dapat kembali dan menelusuri bagian barat provinsi ini. Namun, inilah laporan yang semoga dapat menggugah dan menginspirasi Anda: betapa negeri kita sangatlah indah dan mempesona. Dan perjalanan dengan mobil bisa membuat Anda menikmatinya, mensyukurinya, sekaligus mengabadikannya dalam kenangan yang tak terlupakan.

RUTE
Menyadari luasnya wilayah dan panjangnya jalan yang bisa ditempuh di Lampung, kami pun menyusun prioritas. Kali ini, kami memilih wilayah tengah, utara, dan timur. Salah satu alasannya, kami ingin merasakan lintas timur Sumatra yang telah mengalami perbaikan. Perjalanan dimulai dari Jakarta, di hari Jumat pukul 07.00, melintasi tol Jakarta-Merak, lalu menyeberangi Selat Sunda dengan kapal feri Baruna Jaya, dan mendarat di pelabuhan Bakauheni. Perjalanan selanjutnya adalah menuju kota Bandar Lampung, untukbermalam. Keesokan paginya kami menuju Pantai Mutun, lalu pelabuhan nelayan Lempasing, kemudian menyambangi Museum Lampung. Selepas tengah hari, kami meluncur ke kota Menggala di utara Lampung untukbermalam. Menggala adalah salah satu kota tertua di Lampung yang telah berdiri sejak masa kolonial Belanda. Setelah berwisata di kota ini, pada pukul 11.00 kami meluncur ke arah selatan melewati jalur lintas timur yang terkenal panjang dan sepi. SeMtar pukul 16.00 kami tiba di kawasan pelabuhan Bakauheni. Namun, kami tidak langsung menyeberang kembali ke pulau Jawa, melainkan melancong ke kawasan Kalianda, tepatnya di Travelers Krakatoa Nirwana Resort (sebelumnya bernama Kalianda Resort) untuk menikmati sore hari di pantai. Menjelang senja, kami kembali ke Bakauheni dan masuk ke lambung kapal (Titian Murni) untuk menyeberang ke pelabuhan Merak, Banten, sebelum kemudian meluncur pulang ke Jakarta. Pukul 01.00 di hari Senin, kami tiba di kantor di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat

TOYOTA FORTUNER D-4D: TEMAN YANG MENYENANGKAN
Untuk berwisata bersama keluarga, kenyamanan tentunya adalah hal utama. Apalagi bila Anda menempuh perjalanan yang cukup jauh dan Anda akan melalui jalur itu untuk kali pertama. Adabaiknya dipertimbangkan sebuah SUV keluarga yang nyaman dan tidak boros bahan bakar, seperti Toyota Fortuner D4D yang kami gunakan kali ini.

Panjang yang mencapai 4.695 mm dan lebar 1.840 mm membuat interior Fortuner diesel ini cukup lega dan mampu menampung tujuh penumpang tanpa terasa sempit. Leganya interior ini dapat mengurangi rasa lelah selama berkendara. AC double blower yang dilengkapi climate control menjamin kesejukan kabin hingga ke bans paling belakang.

Meskipun panjang, tapi Fortuner menunjukkan kemampuannyabergeraklincah, baik di dalam kota maupun di luar kota. Kombinasi antara torsi besar yang didapat di putaran rendah (259 Nm mulai dari 1600-2400 rpm) dan kemudi yang ringan, membuat kami percaya diri saat berkelit dan menyalip truk-truk besar di jalur lintas Sumatra.

Saat kami berkendara di lintas timur Lampung, beberapa kilometer selepas kota Menggala, kami terkejut ketika dihadapkan pada jalanan yang berlubang besar dan cukup dalam. Tapi, berkat ground clearance setinggi 220 mm, Fortuner tidak kesulitan melewatinya.

Bantingan suspensi double wishbone di bagian depan, serta 4-ink lateral rod di bagian belakang, membuat mobil ini mengayun lembut namun tetap stabil dan meyakinkan saat menikung. Hal ini kami buktikan ketika memacu Fortuner hingga 120 kpj di lintas timur Lampung yang mulus, berliku, dan sepi.

Malam harinya, saat kembali ke Jakarta, semua penumpang tertidur pulas dibuai lembutnya pengendaraan SUV ini. Tol Merak yang terkenal kasar permukaannya tidak mempengaruhi kenyamanan di dalam kabin.

KAPAL FERI: KESENANGAN DI ATAS LAUT
Menaiki sebuah kapal feri bukan berarti hanya memintajasa untuk diseberangkan dari satu pulau ke pulau lain. Menaiki kapal feri adalah sebuah kegiatan wisata tersendiri. Bahkan, terasa amat menarik dan menyegarkan. Pemandangan laut dan pulau-pulau kecil di pagi hari sudah merupakan hiburan tersendiri. Karena itu, setelah mobil terparkir di dek dengan sempurna, kita sempatkan berjalan-jalan di seputar kapal. Angin yang berembus rasanya menyegarkan hati. Kami melihat bagaimana awak kapal menarik jembatan yang menghubungkan dermaga dan dek kapal. Terlihat juga cara mereka melepaskan tali tambang besar yang digunakan untuk menambatkan kapal ke dermaga. Mereka melakukannya dengan lancar, karena telah terbiasa, padahal tambang itu mungkin beratnya beratus kilogram, terutama dalam kondisi basah terkena air laut.

Setelah kapal bergerak ke lautan, kami meminta izin untuk masuk ke ruang nahkoda. Beruntung, kami diterima dengan baik oleh nahkoda dan para mualim kapal Baruna Jaya. Sebagai catatan, ruang kendali utama kapal ini boleh dimasuki penumpang kapal, sejauh mendapat izin dari nahkoda. Tak ada salahnya Anda mencoba suatu ketika, sejauh dengan niat baik Dijelaskan oleh seorang mualim, Baruna adalah kapal buatan tahun 1986 di sebuah galangan di Singapura. Kapal ini pemah juga menjadi lokasi cerita sinetron yang cukup terkenal di paruh kedua dekade '80-an. Disebutkan pula bahwa salah satu pemilik Baruna adalah (aim) Sri Sultan Hamengkubuwono IX. "Maksimal kecepatan kapal ini 12 knot. Tapi, kami rata-rata berlayar 9 knot, agar aman. Selain itu, supaya tidak terlalu lama mengapung (mengantri) untuk merapat ke Dermaga Bakauheni," ujar seorang mualim.

Saat berada di tengah selat Sunda, kapal kami berpapasan dengan kapal feri lain yang tengah menuju ke Merak, Banten. Kapal itu bernama Tribuana 1 dan disebut oleh awak kapal bahwa itu milik salah seorang capres pemilu 2009. Diceritakan pula bahwa pelayaran di selat Sunda telah mengikuti standar IMO (International Maritime Organization) dalam tata cara dan prosedur kesclamatan. "Kami sering beitemu kapal perang negara lain, karena di selat ini terdapat ALKI (alur laut kepulauan Indonesia) yang merupakan jalur bagi kapal internasional. Kalau beitemu kapal perang, kami melakukan etika internasional, yakni menurunkan bendera Indonesia di kapal kami, lalu menaikkannya kembali. Dan sesuai etika pula, kapal perang itu melakukan hal yang sama dengan bendera negaranya," beber sang mualim.

Setelah berlayar sekitar 2,5 jam, kapal kami mulai merapat ke pelabuhan Bakauheni di Lampung. Dengan tertib truk-truk dan bus keluar lebih dahulu dari lambung kapal, disusul mobil-mobil yang lebih kecil, termasuk Fortuneryang kami kendarai.

MENARA SIGER
Siger adalah sebutan untuk hiasan kepala khas wanita Lampung. Dan hiasan itu, sejak 29 Mei 2009, terwujud secara resmi dalam bentuk bangunan besar di puncak salah satu bukit di kawasan Bakauheni, Lampung Selatan. Bangunan itu disebut Menara Siger. Menjelang kapal merapat ke pelabuhan Bakauheni, Menara Siger sudah bisa dilihat. Ini adalah penanda gerbang pulau Sumatra, sekaligus menjadi simbol titik nol jalur lintas Sumatra yang terkenal.

Di puncak menara, terdapat payung tiga warna (putih-kuning-merah) sebagai simbol tatanan sosial masyarakat Lampung. Sedangkan di dasar menara terdapat aula (auditorium) yang dapat digunakan untuk melangsungkan suatu acara. Auditorium itu sendiri sekaligus berfungsi sebagai museum karena terdapat prasasti Kayu Are (simbol pohon kehidupan bagi masyarakat Lampung). Gagasan pembangunan Menara Siger dilaksanakan oleh Gubernur Syachroedin ZP untuk masa bakti 2004-2009.

PRASASTI PALAS: WARISAN YANG TERSEMBUNYI
Batu bertulis (prasasti) Palas terletak di desa Palas Pasemah, kecamatan Palas, Lampung Selatan. Saat kita berkendara dari Bakauheni menuju kota Bandar Lampung, sekitar 20 km dari pelabuhan Bakauheni Mta akan menemukan persimpangan Palas dan jalur tengah Lampung. Kita pun belok ke kanan dan masuk sejauh 10 km untuk sampai di lokasi wisata sejarah Palas.

Prasasti ini merupakan peninggalan kerajaan Sriwijaya dan ditemukan secara tidak sengaja oleh dua pemuda pada 1956. Menurut juru kunci prasasti Palas, Sahidin, "Ditemukannya memang tahun 1956, tapi petugas dari Dinas Pendidikan baru mengakui itu adalah peninggalan Sriwijaya pada 1979."

Pada batu tersebut, tertulis 13 ayat dalam bahasa Sansekerta yang intinya merupakan sebuah sumpah atau perintah dari penguasa Sriwijaya kepada penduduk di daerah Palas agar tidak melakukan hal-hal yang dilarang dalam norma yang berlaku di masa itu.

Perlu banyak bertanya kepada penduduk di sepanjang jalan desa Palas, agar tidak terlewat saat mencari lokasinya. Prasasti ini memang seolah kurang dipromosikan, namun situs tempat prasasti itu berada terawat dengan baik Jalan Desa Palas pun merupakan aspal mulus yang membelah desa dengan pemandangan indah dan eksotis.

TRAVELERS KRAKATOA NIRWANA RESORT
Terletak di sebagian dari tanah seluas 350 hektar yang dimiliki PT Krakatau Lampung Tourism Development di Kota Kalianda, Lampung Selatan, resort ini dulunya bernama Kalianda Resort. Travelers Krakatoa Nirwana Resort dimiliki oleh grup usaha Bakrie dan dibuka pada 1997. Resort ini merupakan sebuah tempat menginap dan reMeasi di tepi pantai yang strategis (letaknya relatif tidak jauh dari Bakauheni dan kota Bandar Lampung, ibukota provinsi Lampung).

Dari tempat ini, bila cuaca memungkinkan, kita dapat melihat gunung Krakatau yang terkadang menyemburkan lahar panasnya. Tersedia juga paket wisata perahu untuk mendekati gunung itu dengan biaya Rp 3,5 juta.

Resort ini memiliki 90 kamar, ditambah berbagai fasilitas untuk kegiatan outdoor di tepi pantai seperti voli, futsal, banana boat, dan kano.

Sebelum datang dan menginap, adabaiknya Anda melakukan reservasi dahulu melalui kantor perwakilannya di Apartemen Taman Rasuna, jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan. "Check in langsung ke sini pun boleh," ujar Romiansyah, wakil general manager resort ini.

HOTEL BUKIT RANDU: SURGA DIKETINGGIAN
"Anda belumlah lengkap datang ke Lampung, kalau belum singgah di Hotel Bukit Randu," demikian klaim Trison Fauza, staf Hotel Bukit Randu. Ungkapan seperti itu muncul untuk menggambarkan letak hotel ini yang sangat unik: berada di puncak bukit yang ada di tengah kota Bandar Lampung. Walhasil, dari hotel ini dapat terlihat seluruh bagian kota dari ketinggian. Pemandangannya memang indah dan menakjubkan. Kita dapat melihat sunrise dan sunset dari tempat yang sama. Ini adalah salah satu hotel dengan posisi paling unik di dunia.

Dengan derajat bintang tiga (dalam proses menuju bintang empat), Bukit Randu memberikan pelayanan setingkat bintang empat, bahkan dalam beberapa hal seperti hotel bintang lima, misalnya diberikannya fasilitas internet gratis bagi tamu (terdapat dua komputer di lobby), serta adanya jaringan internet wi-fi yang menjangkau kamar-kamar. Dengan tarif kamar bervariasi dari Rp 525 ribu hingga Rp 1,9 juta, hotel yang berdiri lima tahun lalu ini menyediakan 72 kamar. Terdapat pula aula untuk 150 orang, restoran untuk 100 orang, dan karaoke dengan 9 ruangan.

MUSEUM LAMPUNG: WISATA SEJARAH BERMAKNA
Bagi Anda pecinta dan pemerhati sejarah, museum Lampung tidak boleh dilewatkan. Inilah tempat yang tepat bila Anda ingin mengetahui sejarah dan kehidupan masyarakat Lampung. Berbagai peninggalan sejarah seperti prasasti, replika rumah tradisional, dan keterangan mengenai adat-istiadat ada di tempat ini.

Koleksi yang ada cukup lengkap. Mulai dari kain Tapis, naskah kuno, jangkar kapal dan rambu lautyang terbawa ke darat oleh letusan Gunung Krakatau pada tahun 18 83, hingga bola besi raksasa yang oleh pemerintahan kolonial Belanda digunakan untuk meratakan hutan.

Dengan membayar tiket untuk anak-anak seharga Rp 1.000 dan dewasa Rp 2.500, Anda sudah dapat menikmati berbagai koleksi tersebut. Selain itu, pengelola museum memberikan potongan harga khusus untuk rombongan yang berjumlah lebih dari 21 orang, yaitu Rp 550 untuk anak-anak dan Rp 1.500 untuk dewasa.

Museum Lampung yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung ini terletak di utara kota Bandar Lampung, di jalan H. Zainal Abidin Pagar Alam No. 64 Gedungmeneng, Bandar Lampung.

PANTAI MUTUN: INDAH DAN UNIK
Pantai Mutun terletak di daerah Lempasing, sekitar 30 menit berkendara ke arah selatan dari Bandar Lampung. Pantai ini cukup menarik dengan segala keunikan dan fasilitas wisata pantai, seperti banana boat dan jet ski. Dengan membayar Rp 5.000 per orang, kita dapat masuk ke pantai Mutun. Bila tidak ingin bermandi sinar matahari, disediakan saung bambu yang didirikan di sepanjang pantai, dengan biaya sewa Rp 30.000.

Hal menarik lainnya adalah, kita dapat menumpang perahu motor dengan ongkos Rp 5.000 per orang untuk menyeberang ke Pulau Tangkilyang tidakjauh dari pantai Mutun. Di Pulau Tangkil, pantainya tampaklebih bersih dan menyenangkan untuk dinikmati.

PELABUHAN NELAYAN LEMPASING
Inilah tempat yang paling tepat untuk berbelanja ikan segar dengan harga "miring". Pelabuhan ini adalah tempat para nelayan berlabuh dan menurunkan ikan-ikan hasil tangkapan mereka. Biasanya, para nelayan berlabuh di sore hari dan ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk berbelanja. Lebih dari itu, di tempat ini juga disediakan layanan untuk memasak ikan yang kita beli.

Uniknya, tempat ini memiliki galangan kapal sendiri. Tentunya karena ini adalah pelabuhan nelayan, maka galangan kapal pun ditujukan untuk kapal-kapal nelayan yang rata-rata terbuat dari kayu. Saat kami tiba, tampak para pekerja tengah merawat sebuah kapal dan menarik sebuah kapal lainnya ke galangan. Cara kerja mereka benar-benar masih tradisional dan seadanya. Peralatan tercanggih yang ada di situ hanyalah sebuah mesin penderekyang digunakan untuk menarik kapal dari laut Itupun bisingnya minta ampun.

RUMAH ADAT LAMPUNG DI MENGGALA: WARISAN BUDAYA TINGGI
Kota Menggala, ibu kota Kabupaten Tulang Bawang, adalah sebuah kota tua di utara Lampung. Berdiri sejak masa kolonial Belanda, kota ini pernah menjadi kota pelabuhan sungai terkenal di timur Sumatra. Sungai Tulang Bawang menghubungkan Menggala dengan laut Iepas di pantai timur Lampung. Bahkan, beberapa tahun lalu sempat dibuka trayek pelayaran kapal cepat dari Menggala menuju pelabuhan Merak, Banten. Namun, karena waktu tempuh yang mencapai 13 jam, trayek ini kemudian ditutup, karena kurang efisien dibanding menempuh jalan darat menuju Bakauheni lalu menyeberang ke Merak.

Penduduk Menggala sebagian besar merupakan masyarakat asli Lampung, bukan transmigran. Jadi, di tempat ini kita dapat menyaksikan budaya asli Lampung, termasuk rumah adatyang berbentuk rumah panggung.

Salah satu rumah panggung yang masih asli dan terawat terletak di jalan Strat I No. 5, Menggala Tengah. Rumah ini adalah milik keluarga Warganegara yang dibangun pada 1879 oleh Pangeran Warganegara IV yang dulunya adalah seorang Demang (bupati). Kini rumah tersebut ditinggali oleh keturunan-keturunannya yang masih membawa nama Warganegara.

Rumah tradisional berukuran sekitar 20 m x 50 m ini terbuat dari kayu Tembesu. Bila Anda mampir, perhatikan papan lantainya. Papan itu panjangnya mencapai hampir 20 m tanpa ada sambungan. Bisa kita bayangkan pohon Tembesunya sebesar dan setinggi apa? Keindahan rumah ini juga satu tanda bahwa masyarakat Lampung telah punya budaya arsitektur yang maju sejak dahulu. Oleh Universitas Lampung, rumah ini dijadikan cagar budaya.

MONUMEN PERJUANGAN: BERTARUH NYAWA UNTUK KEMERDEKAAN
Pahlawan nasional yang berasal dari Lampung, yaitu Raden Inten II (1834-1856) berjuang melawan pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1851 hingga akhir hayamya. Raden Inten merupakan keturunan langsung Fatahillah atau yang lebih dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Namanya kini diabadikan sebagai bandar udara utama Lampung, sedangkan makamnya dapat dilihat di Desa Gedungharta, kecamatan Penengahan, Lampung Selatan, kurang lebih 16 km dari pelabuhan Bakauheni.

Selain itu, sepanjang perjalanan kami melihat paling tidak dua tugu yang didirikan dalam rangka memperingati jasa-jasa para pejuang dan rakyat yang kehilangan nyawa saat berperang. Monumen pertama kami temukan di Desa Tempuran, kabupaten Lampung Tengah. Di sini berdiri monumen untuk memperingati pertempuranyang terjadi pada 2 Februari 1949 antara pihak Republik Indonesia melawan Belanda. Monumen ini diresmikan oleh bupati (saat itu) Drs. Suwardi Ramli.

Monumen kedua terletak di daerah Penumangan, beberapa kilometer sebelum memasuki kota Menggala dari arah Panaragan Jaya. Tugu ini didirikan untuk memperingati pertempuranyang meletus di wilayah Penumangan pada 19 Mei 1949 jam 11 pagi. Sungguh kami menyesalkan kondisi monumen yang didirikan pada 10 November 1988 ini yang tampak kotor dan tidak terawat. Padahal, pada plakat yang menempel di monumen tersebut tertulis nama dua orang anggota TNI yang gugur dan 18 rakyat yang berkorban nyawa untuk mempertahankankemerdekaan Republik Indonesia. Tugu ini diresmikan oleh Letnan Kolonel (Purn) A. Djohansyah, yang tidak lain adalah komandan pasukan TNI yang terlibat kontak senjata di Penumangan, dan dua anggota TNI yang gugur adalah anak buahnya.

LINTAS TIMUR SUMATRA
Panjang lintas timur Lampung dari Menggala (utara Lampung) hingga ke Bakauheni (selatan Lampung) sekitar 205 kilometer. Ini merupakan bagian dari jalan lintas Sumatra yang membentang dari Bakauheni hingga Banda Aceh dengan total panjang 2.508,5 kilometer. Kami menempuh jalur ini untuk perjalanan kembali ke Jakarta. Sedangkan untuk memasuki Lampung hingga mencapai kota di bagian utaranya (Menggala), kami menggunakan lintas tengah yang antara lain melintasi kota Bandar Lampung dan Metro.

Lintas Timur Lampung didominasi aspal mulus yang panjang, dengan pemandangan eksotis di sekitarnya. Memang terdapat beberapa bagian jalan yang rusak, namun prosentasenya kecil dibandingkan panjang keseluruhan jalur ini.

Melintasi jalur ini merupakan rekreasi tersendiri. Mobil bisa dipacu kencang dan Mata merasakan sensasi melesat di alam bebas. Terlebih ketika melintasi jaluryang di kiri dan kanannya hanya terbentang kebun tebu sejauh mata memandang. Lokasi ini ditemui beberapa saat setelah meninggalkan kota Menggala.

Melesat terus ke arah selatan, kita akan menemukan desa-desayang eksotis, dengan bangunan rumah khas desa, ditambah ekspresi wajah dan bahasa tubuh warga setempat yang tenang. Barangkali berbeda dengan ekspresi dan gerak tubuh warga Jakarta atau kota besar lain yang "gelisah dan tergesa-gesa". Satu lagi, udara di sepanjang jalur ini terasa bersih dan segar. Pandangan mata saat mengemudi pun terasa jernih.

PETA,GPS, DAN SINYAL HANDPHONE
Perjalanan kami ditemani peta provinsi Lampung yang cukup detail memuat jalan-jalan negara, provinsi, hingga kabupaten. Peta seperti ini dapat dibeli di toko buku, dan seharusnya Anda miliki dalam perjalanan. Peta merupakan alat bantu yang sangat berguna, terutama bila kita memang belum akrab dengan daerah yang dituju. Dengan mengandalkan peta seharga Rp 15.000,kami bergerakke berbagai lokasi di Lampung dengan mudah, dan kami dapat menentukan rute terbaik yang akan dilewati.

Selain peta, alat bantu GPS juga memudahkan dalam menentukan posisi secara real time. Dengan GPS, posisi kita akan terdeteksi dan membantu mengantisipasi kapan dan di mana tepatnya kita harus berbelok. Kali ini, kami mengandalkan GPS dari telepon genggam Blackberry. Pada edisi lalu, kami pernah mengulas mengenai kegunaan Blackberry yang dihubungkan dengan transportasi, kali ini kami benar-benar menguji peranti GPS dan Google Map yang terdapat di dalamnya dengan rute yang cukup jauh, termasuk mencari hotel Bukit Randu di Bandar Lampung tempat kami menginap. Beberapa jalan kecil di Lampung bagian utara memang tidak tertera di Google Map, namun jalan-jalan utama tertera cukup akurat.

Dengan fitur Latitude yang terdapat di applikasi Google Map,Mtabahkan dapat menginformasikan posisi kita kepada sesama pengguna Google Map yang ada di tempat lain. Dengan demikian, orang terdekat kita tidak perlu pusing memikirkan di mana keberadaan kita.

Yang mengejutkan kami, sinyal telepon genggam yang kami gunakan tidak pernah terputus. Kami menggunakan beberapa penyedia layanan seluler yang berbeda dan tidak mengalami masalah.

Sumber : AutoCar,
Selasa, 14 Juli 2009



Related Posts


0 comments: