Ini bulannya D-Cab. Dan Heri Samue Marbun bingung menulis komparasinya, karena terlalu banyak pertanyaan yang muncul...
SERIUS. BERAPA BANYAK ANDA lihat mobil pick up double cabin menggelinding di jalanan padat Jakarta - atau bahkan Indonesia? Not a lot. Dan, kenapa tidak banyak? Karena dua hal. Pertama adalah pasokan. Ini berhubungan dengan permintaan mobil di Indonesia yang lebih banyak untuk MPV - mobil yang dapat memuat banyak orang. Kedua, jika bukan yang paling membingungkan, adalah terdapat terlalu banyak pertanyaan untuk membeli D-cab seperti yang saya utarakan di atas tadi.
Tidak percaya? Oke, pertanyaan pertama. Anda akan menggunakannya untuk ... ? Apakah untuk sehari-hari atau untuk mengangkut barang? Berapa lama Anda akan 'memilikinya'? Apakah nilai jual balik penting buat Anda? 4x4 atau 4x2? Apakah model terbaru sangat penting buat Anda? Itu hanya beberapa pertanyaan membosankan yang terlintas di kepala. Setidaknya di kepala saya. Argh....
Namun, tenang pembaca. Saya tidak akan membosankan Anda dengan pertanyaan-pertanyaan. Karena ini TopGear, dan juga karena saya yang menulis, saya hanya akan membahas dan menanyakan hal terpenting, yaitu apakah mengendarai mobil-mobil yang ada di halaman-halaman ini menggairahkan? Err.... Oh, ya, dan apakah mobil-mobil di halaman-halaman ini membangunkan gairah saya untuk mengendarainya?
Perkasa. Itulah kesan pertama yang saya utarakan pada komrad Billy Israj saat mengendarai Triton keluar beberapa ratus meter dari markas Mitsubishi. Hmph... namanya juga pick up D-cab. Saya pun merasakan hal yang sama pada dua mobil lainnya yang kami komparasi dengannya. Dari situ, kami langsung menuju markas Toyota untuk mengambil Hilux. Dan, betapa beruntungnya saya saat pinggir jalanan underpass Rawamangun sepi karena digenangi air selutut. "Berani enggak, lu?" tanya komrad Billy. Siapa takut? Genangan air itu pun saya belah dengan kecepatan yang menghasilkan 'tsunami kecil'.
Namun, yang mengganggu saya pada produk keluaran Mitsubishi ini adalah penampilannya. Jujur, ia sebenarnya terlihat sangat menarik. Bahkan, terlihat seksi. Tapi di mata saya, dia seperti lelaki perlente. Maaf saja, D-cab adalah mobil yang seharusnya terlihat gagah dan siap memikat wanita cantik dengan keperkasaannya. Tapi, kok, penampilan Triton, yang memang saya akui keren, memberikan persepsi seakan dia lelaki perlente? Ah, Triton terlalu wangi bagi saya.
Beda dengan penampilan Hilux yang tidak seseksi Triton. la seperti laki-laki biasa yang rapi. Tapi, agak terlihat sangar dengan adanya air scoop di bonnet-nya. Hmm... double cabin pick up sport? Coba Anda klik Youtube, cari "Hilux test TopGear" dan siap-
siap untuk takjub. Oh, dan juga Youtube "Hilux TopGear Polar Challenge" yang merupakan liputan test drive tim TopGear membawa Hilux D-cab ke Kutub Utara. la sangat bandel. Saking bandelnya, setelah ditenggelamkan, dijatuhkan, dan bahkan sampai dibakar oleh Jeremy Clarkson, ia masih mampu 'hidup'. Edan.
Oh, ya, sebenarnya masih ada Ford Ranger Hi Rider yang super gagah, dalam konvoi ini. Ya, ia adalah D-cab pick up yang paling gagah di sini dan juga paling macho dan kekar. Tapi, ia terlambat bergabung karena beberapa hal tertentu. Anehnya, keterlambatan itu menjadi sebuah keuntungan, karena kami tidak akan berani mengujinya di lokasi yang kami tuju. Dia 4x2, sementara Hilux dan Triton 4x4.
Saat di tol menuju ke lokasi pengujian yang berada di Sentul, terasa mesin 2.5L, inline 4-Cylinder 16 valve DOHC, Common Rail Diesel Injection Intercooler and Turbocharger-nya Triton, mampu melaju dalam kecepatan tinggi. Hilux, yang berada di depan saya, memang lebih santai melaju dari Triton, karena ia dimuati mesin 3.0L 4IL, 16 Valve, DOHC, D-4D, I/C, VNT, dan juga memiliki 161 bhp -Triton 134. Tapi, Triton memiliki akselerasi yang lebih baik dari Hilux. Lonjakan akselerasinya sangat terasa buat mobil besar dan berat. Tapi, itu juga mungkin karena torsi Triton dapat menghasilkan 314 Nm pada 2.000 rpm ketimbang mesin 3.0 Hilux yang hanya bisa berselisih 29 Nm di 343 nm pada 3.200 rpm.
Err, Ranger? Well, unit tes kami dimuati mesin 2.5L Diesel, 4-Cylinder 16-Valve, DOHC, Direct Injection Commonrail Turbo with Intercooler yang dapat menghasilkan 141 bhp pada 3.500 rpm dan torsi 330 Nm pada 2.000 rpm. Jelas sekali, komparasi torsi dan power dengan mesin pada Ranger lebih baik dari Hilux dan Triton. Dan, ini tidak mengherankan, karena merekalah yang sukses memopulerkan pick up dan mungkin saja menjadi acuan segala pembuat mobil yang ingin membuat pick up. Plus, Ford merupakan merek dari negara adidaya Amerika Serikat yang mengidolakan segala sesuatu yang besar dan ekses....
Komrad Billy menyombong, "Hilux gua geber 140 kpj di gigi empat tadi di tol". Err, masa? Wall, itu harus dicoba, tapi nanti pas pulangnya. Sekarang, kita uji dulu terrain off-road ini. Terrain off-road yang kami kunjungi ini merupakan lokasi yang hampir menyerupai site para pekerja pertambangan tempat kebanyakan mobil D-cab berada. Lagi pula, terrain ini menjadi tempat sempurna untuk menguji betapa okenya 4x4 kedua mobil (Ford Ranger hanya 4x2). Yang saya tahu, Hilux single cab terdahulu sangat unggul dalam terrain off-road. Apakah Triton bisa mengungguli Hilux?
Terrain off-road Sentul ini sebenarnya mengerikan karena posisinya yang berada di atas bukit. Tanjakan curam 45 derajat terdapat di mana-mana. Saat kami akhirnya memiliki nyali untuk menanjakinya, komrad Billy bilang, "Pake 4E aja, Bro". 4E di sini adalah setting 4wd dengan gear ration rendah agar bisa dengan mudah memanjat tanjakan terjal. Saya berpikir, jika 4H tidak bisa melakukannya, berarti mesinnya tidak layak dipasang. Jadi, saya berkeras dengan setting 4H. Dan ternyata, kedua mobil sanggup menanjak dengan setting 4H tanpa ada halangan berarti.
Ride height mobil paling berpengaruh untuk terrain bergelombang, karena Anda tidak ingin 'nyangkut di satu puncak gelombang. Dan, well, lihat saja gambar yang ada di halaman ini. Triton memang memiliki ride height yang lebih tinggi ketimbang Hilux. Tetapi, meski ground clearance Hilux lebih pendek dan memang terbukti bahwa Triton bisa melalui gelombang-gelombang itu dengan mudah tanpa harus mengkhawatirkan ground clearance kami tahu ia bandel. Makanya, kami tancap gas saja. Mau kena atau tidak, Hilux bisa menahannya. Gesekan ataupun friksi dengan tanah tidak akan berpengaruh besar padanya. Sudah menonton klip Youtube-nya? Coba tengok lagi. Api saja bisa ditahan, masa friksi dengan tanah enggak bisa?
Hilux. Triton. Hilux. Triton. Err, Ranger? Oh, ya, sebenarnya, dalam kondisi 4x2-nya Ranger, ia mampu melahap dataran off-road dengan mudah. Bahkan, terlalu mudah. Lubang di depan? Pfft, kecil. Jalanan tidak rata? Apa lagi.... Tapi, di jalanan biasa, ia terasa sangat lambat. Saya ragu, apakah memang setting gem ratio tingginya yang memengaruhi hal ini? Atau, karena ia baru saja 'diservis'? Hmm....
Membahas pickup, belum lengkap rasanya jika belum membahas pick up itu sendiri. Maksudnya bedding. Dan, dalam hal ini, saya sangat mengungguli lapisan plastik bedding Trinton. Soalnya, Anda tidak akan mudah memenyokkan besi bedding dengan hal-hal berat yang di lontarkan ke atasnya. Paling-paling, jika itu terjadi ke lapisan plastiknya, ia akan retak dan mungkin bertahan beberapa lontaran lagi sebelum Anda melepasnya dan mendapatkan permukaan bedding metal yang masih rapi dan ciamik. Nilai plus? Maybe.... Tapi mengingat penggunaan 'bagasi' kosong itu, yaitu untuk mengangkut orang jika di kabin sudah penuh, adanya lapisan plastik itu terasa sangat sayang....
So, intinya. Menurut saya, pick up zaman ini sudah memiliki standar yang sama. Memang masing-masing juga memiliki poin-poin pro dan kontra, tapi pada praktiknya, poin tersebut lebih dititikberatkan pada kegunaan sang pick up itu. Hilux dan Ranger benar-benar lebih mengajak 'let's get dirty ketimbane 'let's not get too dirty and be
comfortable and look cool instead'-nya Triton.
Jika saya punya pertambangan, Ranger mutlak saya pilih. Jika saya punya ladang atau perkebunan, Hilux mudah saya pilih. Triton? Err, jika saya seorang socialite metroseksual serta mementingkan gaya dan penampilan, saya pasti memilihnya. Pfuff.... Tapi untunglah, saya bukan socialite.
Sumber : Top Gear, Rabu, 04 Maret 2009
07 Maret 2009
Power To The Maximum
Labels: Hilux
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar