08 Agustus 2008

HILUX : Di Medan Perang

Jarak sasis ke permukaan (ground clearance) yang cukup tinggi, kemampuan bergerak di keempat rodanya (all wheel drive) plus mesin bandel dengan opsi dua pilihan sumber bahan bakar (bensin atau solar), adalah tiga karakter khas truk ringan (pick-up) dari keluarga besar Hilux, kendaraan pengangkut serba bisa keluaran industri otomotif kondang Jepang, Toyota.

Toyota Hilux cocok dipakai bagi keperluan militer. Sebelum banyak dipakai oleh unit-unit khusus AS, kendaraan sejenis juga sempat dipakai oleh pasukan non-reguler. Saat ini sebagian besar kamuflasa sipil banyak dipakai AS di Afghanistan dan Irak.

Pertama kali terdengar di era 1960-an dengan label Toyota Stout, di Kanada dan Amerika Serikat pick-up ini sempat berubah nama menjadi Tacoma. Namun pada kenyataannya nama Hilux lebih akrab di wilayah yang lebih luas. Sebut saja mulai dari Afrika. negara-negara Arab, kawasan Asia hingga Australia. Bicara tentang dunia militer, nama Toyota tak bisa dipandang sebagai pendatang baru. Di negara asalnya mulai era 1960-an produk Toyota telah mengisi daftar kendaraan militer operasional kelas ringan sampai medium. Bermodalkan kemampuan melahap medan off-road, label Hilux sendin sudah kental melekat sebagai kendaraan pengangkut personel ringan, barang-barang logistik, serta ranpur (kendaraan tempur) taktis ringan.

Keandalan di medan tempur tanpa harus diimbangi dengan proses perawatan yang begitu rumit adalah salah satu kunci kesuksesan Hilux berkiprah di berbagai konflik dunia. Afrika misalnya bisa dijadikan barometer pertama. Truk berkemampuan 4X4 ini biasa terlihat santai membelah keganasan gurun-gurun dan hutan-hutan di Afrika. Juga dalam beberapa konllik bersenjata yang melelus di benua itu. Tak peduli dalam cuaca ekstrem.

Dalam kondisi siang yang begitu terik, mesin dengan kualitas kinerja biasa saja bisa dipastikan bakal mengalami gejala overheat. Belum lagi jika harus melahap medan berpasir yang penuh dengan jebakan-jebakan alam. Tetapi semua batu ujian itu temyata bukan masalah bagi Hilux. Terakhir minimnya pusat-pusat perawatan mewajibkan kendaraan bisa diperbaiki tanpa bantuan special tools. Hilux pun berhasil menjadi salah satu produk Toyota (selain Land Cruiser) yang berhasil lolos dari barometer ujian alam di atas.

Bukan sekadar urusan angkut-mengangkut pasukan belaka. Dalam konflik ini Hilux juga menjelma jadi mobil berkemampuan ofensif. Julukan yang diusung cukup unik, yaitu "technical". Di sini, dek bagian belakang bisa dilengkapi dudukan senjata untuk menyangga senapan mesin berat berkaliber 12.7 mm. Tipe senjata lain yang luga lazim tertanam di dek belakang adalah senjata tanpa bolak-balik (recoilles-gun) kaliber 106 mm.

Bagi pasukan AS yang pemah dilibatkan dalam operasi militer di Afrika kehadiran technical cukup merepotkan. Punya dimensi lebih ringkas ketimbang kendaraan militer standar AS plus kesaktian pada keempat rodanya (sistem 4X4) membuat Hilux bersenjata ini punya kemampuan manuver lebih jempolan ketimbang Humvee. Perawatannya mudah dilakukan oleh hampir setiap mekanik. Sementara daya gempurnya cukup mematikan.

Toyota War
Nama Toyota Hilux sebagai mesin perang mematikan pernah mencuat dimana majalah Times menurunkan Laporan konflik senjata antara Chad melawan Libya. "The Great Toyota War" ditutis besar-besar sebagai judul tulisan yang diterbitkan April. 1984. Memang dalam konllik itu kedua belah pihak yang bertikai masing-masing memakai kendaraan Toyota (Hilux dan Land Cruiser) sebagai elemen kavaleri ringan. Selain sebagai unsur tempur kabamya kendaraan sejenis juga dipakai buat menarik pesawat, bahkan juga tank MBT buatan Rusia dari jenis T-62. Ini sekaligus juga membuktikan semburan tenaga yang bisa dihasilkan mesin Hilux cukup dahsyat.

Pasca konllik Chad-Libya, banyak kalangan militer mulai percaya dengan keandalan Toyota Hilux. Tak terkecuali juga AS yang dianggap sebagai gudangnya persenjataan dunia. Negeri Paman Sam ini nyatanya lebih suka menyomot Tacorna maupun Hilux untuk mendukung operasi-operasi pasukan khusus (US Special Forces). Pemakaian lebih dititikberatkan pada misi-misi yang membutuhkan taktik low-profile Operasi-operasi semacam ini sekarang banyak dilakukan AS di Irak dan Afghanistan yang notabene punya medan-medan berat untuk ditaklukkan

Tak bisa dipungkiri keputusan AS di atas memang terinspirasi dari "technical". Dandanan Tacoma ataupun Hilux yang digelar memang masih "berbau* sipil. Namun dibalik bodi kendaraan dibekali dengan lempengan-lempengan penahan peluru. Selain itu pada dek belakang terdapat dudukan senapan mesin yang biasanya dihuni oleh sepucuk senapan mesm M60/GPMG kaliber 7.62 mm.

Terobosan buat memakai Hilux bagi keperluan militer khusus juga memicu industri militer lain untuk ikut ambil bagian. Sebagai gambaran industri pertahanan SVOS asal Republik Ceko misalnya meluncurkan produk bertabel Toyota Hilux SCV (Special Combat Vehicle). Varan ini telah dibekali dengan lapisan antipeluru plus sejumlah fasilitas buat mendukung operasi-operasi militer yang bersifat khusus. Selain beberapa negara diatas patut dicatat pula, Toyota Hilux juga dipakai sebagai elemen tempur khusus pada AB China (PLA).

Lepas dan tampilan sipilnya, Toyota Hilux pada dasarnya bisa pula disulap untuk keperluan militer tanpa perlu banyak mengubah spek dasar. Tercatat sedikitnya ada 10 peruntukan yang dianggap cocok. Mulai dari pengangkut personel setingkat regu, ranlis (kendaraan taktis), pasukan khusus, satkomlek (satuan komunikasi dan elektronika), pembawa rudal jinjing (manpads), patroli pangkalan garis depan, angkutan logistik ringan, komando, sampai dengan ambulan lapangan. Selain keandalan di lapangan, jaminan ketersediaan suku cadang serta adanya garansi produk jadi faktor keunggulan lain yang patut diperhitungkan.



Related Posts


0 comments: